Dateq Penari terua di mandar |
Somba Sendana
dikenal dengan rumah akannya berjejer di tepian pantai, makanan seafood menjadi
andalan para rumah makan ini, ada dua maskan andalan yang paling sering
dihidangkan adalah tumis cumi dan tuing-tuing tapa (ikan terbang bakar). Tapi
kali ini kita tidak akan membahas panjang lebar mengenai kulinernya somba,
tetapi mengenai Tari Pattuqdu yang ada
di wilayah somba. Tari Pattuqdu diyakini hanya ada diwilayah Mandar saja sama halnya Paqjoge di bugis, Paqgellu di
Toraja dan Pakkarena di makassar. Tetapi ada hal yang lain pada Tarian Pattuqdu
yang ada di somba.
Penelitian
ini dilakukan pada bulan mei 2014, yang ikut pada saat itu, Ketua Yayasan
Darputri Dra. Sri Musdikawati. M.si, Pembina sanggar OneDo
Sahabuddin Mahganna spd, Ketua
sanggar OneDo, muh Ulfi Mahendra,
saya sendiri dan Para penari sanggar Darputri.
Foto Bareng |
Tujuan
dilakukannya penelitian ini selain untuk menambah wawasan tentang Tari-tarian yang ada di Mandar, yang
diketahui sudah banyak tarian yang ada di mandar hampir punah juga untuk
mempererat hubungan silaturahmi antar sanggar Darputri dan komunitas OneDo
untuk membuat video tari yang akan di CDkan dan akan dibawa ke Amerika serikat
guna memperkenalkan budaya tarian kepada warga negeri paman Sam.
Sebut saja I
Dateq nenek yang sudah tua renta ini jika dilihat sepintas lalu sama
seperti nenek-nenek lain, berjalanpun susah payah untuk dapat keruang tamu,
namun siapa sangka nenek I Dateq ini dulunya seorang penari Kerajaan Sendana.
I Dateq |
Nenek I
Dateq 3 kali bersuami, suami pertama bernama Manurung dan dikaruniai seorang anak, suami ke dua bernama I Kalibong, nah dari Ayah Kalibong
inilah atau Ayah mertua I Dateq sebut saja mamanya I Piara dia bukanlah orang Somba asli melainkan orang makassar,
tetepi dialah yang kemudian berjasa mengajarkan Dateq muda menari Pattuqdu
Sarawandang, setelah suami pertama dan keduanya meninggal, Nenek Dateq masih
bersuami lagi dengan Laki-laki asal Somba bernam I Kaco dan dikaruniai 4 orang anak, meski bersuami lagi, mantan
mertua Nenek Dateq yakni I Piara masih tetap memanggilnya untuk ikut menari
dalam acara-acara kerajaan Sendana.
Dari segi
gerakan, dan nama tarian tidak ada yang berbeda dengan Gerakan Pattuqdu
Sarawandang yang diyakini oleh masyarakat mandar pada umumnya, yang membedakan
adalah jenis pukulan Gendangnya dan juga Syair lagunya dari beberapa jenis
pukulan gendang yang diperdengarkan kanda Sahabuddin mahganna yang lumrah di
dengar dalam Tari Pattuqdu hanya satu yang dikenal oleh nenek I Date yakni,
pukulan Pattuqdu Pillamba pukulan gendang Pakkanjaraq makassarpun sempat
diperdengarkan namun beliau katanya tidak pernah dengar. Hal ini
mengindikasiakan bahwa ada beberapa jenis pukulan Gendang Pattuqdu di Sendana
sudah punah. Yang kedua yang berbeda adalah syair lagunya jika dalam Pattuqdu
Sarawandang yang umumnya pernah dilihat orang ia menggunakan syair yang
berbahasa mandar tapi Pattuqdu Sarawandang yang berasal dari kerajaan Sendana
ini menggunakan syair lagu berbahasa makassar. Berikut adalah syairnya:
Syair
Pattuqdu Berbahasa Makassar
Rimawela uji
pale
Larrana tana
waranna
Makilaiya
sumbore
Mannaso naku
Upasang
tonji malaqba
Sangging
karaeng maqmempo
Sangging
daeng maqjijirang
Tawe
karaeng, makusoeang...
Gunturuna
naji malompo
Kilaqna
mallaqbang lino
Bosi
sarrona, tangnga lalang lompo bangkeng
Melihat dari
syair Pattuqdu Sarawandang, sebenarnya kita tidak perlu heran, kenapa kok ada
bahasa makassar dalam syair Pattuqdu Sarawandang tersebut. Hubungan
kekertabatan kerajaan Gowa dengan antara kerajaan yang ada di mandar terkhusus
pada kerajaan Balanipa & Sendana memang sedari dulunya pernah terjalin.
A. Pertama
hubungan kekerabatan antara kerajaan Gowa dan kerajaan Balanipa saat kawinnya
Batara Gowa denga “ I Rerasi” putri Tomakaka Balanipa mandar yang melahirkan
Sombaiyya Ri Gowa IX Daeng matanre Karaeng Tumaqrisi Kallonna.
B. Hubungan
kekerabatan antara kerajaan Gowa dengan kerajaan Balanipa dengan menikahnya I
manyambungi dengan Karaeng Surya. Hala ini terjadi karena I manyambungi atau
sering juga disebut To di laling diketahui seagai kemanakan dari ibunda
Sombaiyya Ri Gowa yang kemudian dari hasil perkawinan ini melahirkan I
Billa-Billami atau Tomepayung sebagai maraqdia ke-2 Arayang Balanipa.
C. Nah yang
ketiga ini adalah hubungan kekerabatan
antara kerajaan Gowa dan kerajaan Sendana mandar adalah dengan kawinnya I
Bannaiq maraqdia ke-8 kerajaan Sendana mandar dengan karaeng Baine (putri raja
Gowa) sebagai bukti sejarah dari peristiwa perkawinan I Bannang dan Karaeng
Baine dari Gowa adalah Somba sebagai ibu kota kecamatan Sendana kab. Majene, dn
kisahnya bahwa Somba dahulu bernama “Lamboriq” tetapi setelah menikah antara I
Bannaiq dengan Baine terjadi maka Lamboriq di ubah namanya menjadi . sewaktu
karaeng Baine di bawa pulang ke Sendana, supaya dimana saja Karaeng Baine
menetap, maka daerah itu harus disamakan namanya dengan daerah asal Karaeng
Baine tujuannya agar mudah dicari ketika orang tuanya rindu kepadanya.
Dari ketiga
hubungan kerajaan-kerajaan mandar dengan kerajaan Gowa di atas, maka tidaklah
mengherankan apabila adanya Asimilasi dan Akulturasi budaya yang terjadi pada
tarian Pattuqdu Sarawandang yang ada di kerajaan Sendana tersebut. Bila kita
membandingkan Pakaian antara penari Pattuqdu dan Pakkarena maka banyak
kesamaannya terlihat, terkecuali pada sanggul, gelang dan kalung/ rantai. Juga
pada kata Aule atau Lee pada Pattuqdu ada saja persamaan dengan Pakkarena makassar.
Referensi
·
Penuturan langsung narasumber I Dateq
·
Sosialisasi Siriq etika dan estetika di mandar
Dokumentasi foto-foto penelitian :
Kaco Kende Tandiapa bersama Nenek Dateq |
Ikha pesek, Ibu Sri musdikawai dan Irmayanti Ahmad |
Kaco Kendeq Tandiapa dan Ipink |
Sahabuddin mahganna dan Narasumber |
Proses Tanya jawab |
Nenek Dateq dan Zaenab Nursaid |
Irmayanti Ahmad dan Nenek Dateq |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar