Sabtu, 06 Juni 2015

Asal Mula Kota Polewali



Asal mula Nama Kota Polewali
Mursalin (Kaco Kendeq Tandiapa)

Asal mula kota Polewali

Segelas kopi, beberapa batang rokok kelas kanker (kantong kering) lebihnya semalam di Warkop REPUBLIKOPI menemaniku dalam menggoreskan tinta semu.
Saya bukan penduduk asli Kota Polewali, dalam bahasa Mandar “Tania Issi toto’na Polewali” saya lahir dan menjalani masa kanak-kanak di Parappe’ Campalagian sebuah Desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota tapi kali yang akan dibahas bukan tentang saya dan tempat kelahiran saya tetapi tempat saya mengenyam pendidikan dari SD sampai Perguruan Tinggi dan sampai sekarang menjadi tempat saya bermukim, Polewali.
            Sebagai orang yang jauh dari kampung halaman saya, saya kurang mendapat ilmu tentang kemandaran, percaya atau tidak saya sendiri belajar bahasa Mandar setelah tamat SMA, saya Cuma tahu bahwa saya asli Mandar. Berawal dari rasa penasaran dan kehausan tentang seluk-beluk saya akhirnya saya mulai mengenal sedikit-demi sedikit mengenai Mandar dan akhirnya sampai pada satu titik bahwa Mandar adalah Sulawesi Barat Dari Paku sampai Suremana’ meskipun sebenarnya sedikit yang  tahu bahwa perbatasan Binanga karaeng yang sekarang berada dalam Lingkup kabupaten Pinrang. 
Menurut sejarah bahwa pernah terjadi Perang antara Persekutuan Lima Ajatappareng  (Bugis) dengan Persekutuan Pitu Ba’bana Binanga (Mandar). Dan melatar belakangi perang ini adalah perebutan wilayah didaerah Binanga karaeng (Pinrang). Tapi pada saat pasukan gabungan Pitu Ba’bana Binanga sudah berhasil menembus pertahanan persekutuan Lima Ajatappareng, Lima Ajatappareng mengutus utusan ke Gowa untuk menghentikan Agresi Militer Mandar. Maka turunlah karaeng Gowa untuk menghentikan perang.  Dan bertitah bahwa perang dihantikan dan wilayah yang dipersengketakan akan dibagi, Sungai menjadi patokan dalam pembagian wilayah tersebut, untuk wilayah Sungai ketimur menjadi wilayah Lima Ajatappareng , wilayah Sungai ke barat adalah Mandar Pitu Ba’bana Binanga, dan Sungai yang menjadi patokan adalah milik karaeng Gowa. Dan semenjak saat itu Sungai tersebut diberi nama Binanga Karaeng yang artinya Sungai yang menjadi milik karaeng. Tapi entah mengapa sekarang batasnya kok jadi sampai di daerah paku Saja, entah apa yang terjadi hingga Paku menjadi daerah perbatasan antara Sulsel dan Sulbar. Wallahu Alam.
Cerita pengantar diatas Cuma sekedar menjadi referensi sebelum kita masuk membahas tentang Asal Mula Penamaan Kota Polewali. Dirattassi Carita bahwa Polewali dahulu masuk dalam wilayah kerajaan Binuang (Mandar). Asal mula kata “Polewali” ada beberapa versi :
1.      Versi Pertama mengatakan diambil dari kata Pole Lele Wali yang berarti datang dari berbagai arah. Karena di Polewali memang tempatnya berbagai orang dari berbagai daerah  mulai dari daerah bugis, Makassar, Mandar ( yang ada di Ba’bana Binanga dan Bandar dari Bitu Ulunna Salu)., Jawa, Papua, Kalimantan, Madura dan masih banyak lagi.
2.      Versi kedua ini dari saya bahwa tidak ada perubahan berarti dalam penamaannya. Dan sekaligus membantah versi pertama dan kedua. Polewali yang berarti “Wali datang” ini dikuatkan dengan titik NOL polewali berada pada daerang didepan SDN 001 Polewali, bila kita melihat ke arah selatan maka akan pas berada pada Pelabuhan Polewali, diyakini sebagai tempat pertama kali Syekh Abdurrahim Kamaruddin atau lebih dikenal dengan Tosalama’ Dzi Binuang menginjakkan kaki di wilayah kerajaan Binuang.
To Salama' dzi Binuang Mandar


Versi Pertama terbantahkan karena menurut beberapa orang bahwa dalam Seminar tentang penamaan nama kabupaten saat itu yang diyakini adalah Pole lele wali dan tidak ada yang protes tentang asal-usulnya. Itu karena mereka tidak tahu tentang asal penamaannya, hingga mengikut saja pada penamaan tersebut, dan mereka tidak pernah meneliti tantang penamaan ini. Pendapat saya ini dikuatkan dengan bahwa orang-orang “datang dari berbagai arah” ini nanti berdatangan jauh setelah perang Bone VS Mandar , Kerajaan Binuang memberi suaka kepada orang-orang yang ingin tinggal dalam lingkup kerajaan Binuang. Dan tentang memberi suaka atau tempat tinggal tidak semudah membalikkan telapak tangan, asal masuk saja tanpa pamit kepada yang berpunya, karena hal itu akan melanggar daerah teritorial mereka dan bisa dianggap sebagai musuh yang ingin menyerang. Ditambah lagi kedatangan Syekh Abdurrahman Kamaluddin Tosamama’ dzi Binuang rentang waktunya jauh dari kedatangan orang-orang yang ingin berdomisili di wilayah kerajaan Binuang. Penamaan daerah Polewali sama konteksnya dengan penamaan daerah Anreapi, Kandeapi, Pajalele tidak dibuat sedemikian runyam untuk di tafsirkan, karena penamaan suatu daerah biasanya berdasarkan suatu kejadian jadi untuk mengingatkan tentang suatu kejadian.
Mengutip kata-kata Mark Twain “Yang bahaya bukanlah hal baru yang kita tahu, namun hal lama yang kita percayai dan ternyata salah”.
Mursalin. S.Pd (Kaco Kendeq Tandiapa) 


    • 100004089408809@facebook.com