Bersama
teman-teman dari Kompadansa ( Komunitas
Penggiat Budaya dan Wisata mandar )
yang pada tanggal 26 Juli 2014
mengadakan Trip Akbar untuk wilayah Kec.
Campalagian Kab. Polman. Kegiatan ini kemudian disambut baik oleh
masyarakat setempat. Meskipun hanya sehari, Trip ini diharapkan dapat sedikit
mengungkap tabir dari sekelumit sejarah dan budaya di Kec. Campalagian.
Dari
beberapa tempat-tempat wisata dan bersejarah serta tempat-tempat yang memiliki
kebudayaan-kebudayaan daerah. Saya dipercayakan oleh Kanda Tommuane mandar
(Tokoh Anonim yang giat menulis tentang Budaya mandar di media sosial ) untuk
menjadi Guide pada Trip season Pakkottau
dengan kuota waktu yang diberikan pukul 1 siang sampai pukul 2 siang jadi ada
sekitar 1 jam lamanya.
Bertempat di
Desa Parrappe Dusun Dua Banua, kami
bertemu dengan Puaq Salang Ammana Nur
beliau adalah Annangguru Pakkottau di daerah Parappe Campalagian. Puaq Salang begitu beliau disapa sudah
belajar beladiri semenjak masih kecil, berbagai beladiri sudah beliau cicipi
mulai dari Karate Kyokushin, Judo, bahkan Wushu sudah pernah beliau pelajari.
Namun beliau lebih mendalami beladiri Tradisional karena menurutnya lebih
efektif dan efisien dalam perkelahian jarak dekat. Meskipun perguruan beliau
sebut saja Rajawali Sakti tidak dinaungi langsung oleh IPSI ( Ikatan Pencak Silat Indonesia ) tetapi tetap menjaga
hubungan dengan orang-orang IPSI dikarenakan karena untuk membuka sebuah
perguruan yang Legal harus tetap ada izin dari IPSI sebagai Instansi yang
diakui oleh pemerintah.
Pakkottau Mandar |
Wawancara dengan Narasumber Kottau Puaq Salang Ammana Nur. Sumber foto : H. Annus Pimpro Dinasty Record |
Kottau
sering juga disebut silat kampung, namun ternyata efektifitasnya dalam pertarungan
yang sebenarnya melampaui beladiri-beladiri yang trend dikalangan anak muda,
bila orang awam yang melihat langsung pasti akan berkata ini beladiri atau
sekedar gaya-gayaan, namun gerakan-gerakan dalam Kottau tersebut jika dilakukan
dengan betul-betul akan mengakibatkan kerusakan yang cukup parah bahkan
seringkali mematikan pada pihak lawan. Inilah kemudian yang menjadi alasan
kenapa Beladiri tradisonal Kottau tidak dipertandingkan dalam
kejuaraan-kejuaraan yang dihelat oleh IPSI. Gerakan dalam Kottau tercipta bukan
untuk masuk dalam hitungan point oleh wasit, tetapi tercipta untuk melumpuhkan
lawan kalau bisa seketika itu juga, dan gerakan-gerakan ini jika digunakan
dalam pertarungan jarak dekat tanpa kontrol (pertarungan bebas) minimal
berakibat patah tulang.
Beladiri
Pencak Silat, sering disebut dengan beladiri Islam. Tidak berbeda jauh dengan Kottau
ada juga gerakannya yang mempunyai hubungan dengan kepercayaan masyarakat
mandar yakni Islam, seperti pada Prosesi penerimaan murid, murid akan
dibebankan beberapa syarat :
1.
Membawa beberapa sokkol ( penganan khas mandar yang berasal dari
beras ketan )
2.
Loka Tiraq Sassei ( Pisang raja satu sisir )
3.
Andeangan (Lauk-Pauk yang biasanya berupa ayam )
4.
Talloq manuq ( Telur ayam )
Dari
bahan-bahan diatas, sama dengan bahan-bahan yang dibawa kepada Annanguru
Pangaji ( Guru mengaji ) pada saat murid hendak belajar mengaji. Dan kemudian
diadakanlah baca-baca atau sejenis kuliwa (memanjatkan do’a kepada Allah S.W.T
) dengan harapan si murid kelak dapat mengamalkan ilmunya.
Setelah mengadakan
Syukuran atau kuliwa dengan bahan-bahan diatas, calon murid kemudian dimandikan
dengan air yang sudah dibacakan do’a, dilanjutkan dengan Prosesi dibaringkannya
si murid diatas kain kafan disertai lantunan do’a-do’a dari Annanguru
Pakkottau, Ussulnya (harapan) adalah ilmu beladiri Kottau ini diberikan kepada
yang orang yang suci niatnya dan agar senantiasa mengingat kepada Allah S.W.T ,
hal ini penting agar kelak ilmu yang dia gunakan tidak digunakan sembarangan
dan berlaku semena-mena terhadap sesamanya. Setelah prosesi ini selesai maka
selesai pulalah proses penerimaan murid dan si calon murid pun Sah sebagai
murid.
Jajak Ilmu
biasa disebut juga dengan adu kekuatan. Bagian ini mungkin paling membingungkan
bagi orang-orang yang barusan melihat Pakkottau. Berbeda dengan sistem yang
dipakai oleh beladiri Karate, Pencak Silat naungan IPSI dan lain-lain yang dalam
adu kekuatannya atau biasa disebut Sparring
full contact dengan memakai pelindung dibagian tubuh , Pakkottau lebih pada penggunaan bayangan gerak yakni hanya sekedar memperlihatkan sasaran serangan
dan cara menangkis serangan atau melepas kuncian dengan gerakan lambat,
terkesan seperti menari didalam arena, ini dikarenakan karena tekhnik-tekhnik
yang diajarkan di Kottau adalah tekhnik mematikan dimana sasaran serangnya
kepada titik-titik vital lawan, yang apabila digunakan dalam kecepatan yanag
sebenarnya akan mencederai pihak lawan dan tidak menutup kemungkinan hilangnya
nyawa lawan.
Puaq Salang Duet dengan muridnya Bahar |
Biasanya
dalam adu kekuatan atau jajak ilmu para pakkottau ini biasa memberikan kode
kepada pihak lawan apabila akan melakukan serangan, seperti :
Jaga ee = Jaga
Tarai mating ee = Tadah yang akan kesitu
Sumayao ee = Awas
Tamaq ee = Saya akan masuk
Nameatadaq tuqu diqe ee, dll = Saya akan kesitu, dll
Bila salah
satu pihak pakkottau sudah menyatakan demikian atau sebut saja Si Penyerang maka
akan disambut oleh pihak yang bertahan dengan kata seperti :
Yaa tama moqo = Yaa silahkan masuk
ueppeio ee dll = saya tunggu dll
Apabila
sudah dipersilahkan tapi bisa juga tidak, pihak yang menyerang maju dan menyerang
salah satu bagian tubuh hanya dengan menunjuk dalam jarak dekat titik serang
tersebut atau hanya sekedar menyentuh bagian tubuh yang diserang. Bagi pihak
yang bertahan akan memutar otak bagaimana kemudian bisa menangkis serangan
tersebut, atau melepaskan pegangan atau kuncian pihak yang menyerang. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar