Asal mula Nama Kota Polewali
Mursalin (Kaco Kendeq Tandiapa)
Segelas kopi, beberapa batang rokok kelas kanker (kantong
kering) lebihnya semalam di Warkop
REPUBLIKOPI menemaniku dalam menggoreskan tinta semu.
Saya bukan penduduk asli Kota Polewali, dalam bahasa
Mandar “Tania Issi toto’na Polewali”
saya lahir dan menjalani masa kanak-kanak di Parappe’ Campalagian
sebuah Desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota tapi kali
yang akan dibahas bukan tentang saya dan tempat kelahiran saya tetapi tempat
saya mengenyam pendidikan dari SD sampai Perguruan Tinggi dan sampai sekarang
menjadi tempat saya bermukim, Polewali.
Sebagai
orang yang jauh dari kampung halaman saya, saya kurang mendapat ilmu tentang
kemandaran, percaya atau tidak saya sendiri belajar bahasa Mandar setelah tamat
SMA, saya Cuma tahu bahwa saya asli Mandar. Berawal dari rasa penasaran dan
kehausan tentang seluk-beluk saya akhirnya saya mulai mengenal sedikit-demi
sedikit mengenai Mandar dan akhirnya sampai pada satu titik bahwa Mandar adalah
Sulawesi Barat Dari Paku sampai Suremana’ meskipun sebenarnya sedikit yang tahu bahwa perbatasan Binanga karaeng yang
sekarang berada dalam Lingkup kabupaten Pinrang.
Menurut sejarah bahwa pernah terjadi Perang antara Persekutuan
Lima Ajatappareng (Bugis) dengan
Persekutuan Pitu Ba’bana Binanga (Mandar). Dan melatar belakangi perang ini
adalah perebutan wilayah didaerah Binanga karaeng (Pinrang). Tapi pada saat
pasukan gabungan Pitu Ba’bana Binanga sudah berhasil menembus pertahanan
persekutuan Lima Ajatappareng, Lima Ajatappareng mengutus utusan ke Gowa untuk
menghentikan Agresi Militer Mandar. Maka turunlah karaeng Gowa untuk
menghentikan perang. Dan bertitah bahwa
perang dihantikan dan wilayah yang dipersengketakan akan dibagi, Sungai menjadi
patokan dalam pembagian wilayah tersebut, untuk wilayah Sungai ketimur menjadi
wilayah Lima Ajatappareng , wilayah Sungai ke barat adalah Mandar Pitu Ba’bana
Binanga, dan Sungai yang menjadi patokan adalah milik karaeng Gowa. Dan
semenjak saat itu Sungai tersebut diberi nama Binanga Karaeng yang artinya
Sungai yang menjadi milik karaeng. Tapi entah mengapa sekarang batasnya kok
jadi sampai di daerah paku Saja, entah apa yang terjadi hingga Paku menjadi
daerah perbatasan antara Sulsel dan Sulbar. Wallahu Alam.
Cerita pengantar diatas Cuma sekedar menjadi referensi
sebelum kita masuk membahas tentang Asal Mula Penamaan Kota Polewali. Dirattassi Carita bahwa Polewali dahulu
masuk dalam wilayah kerajaan Binuang (Mandar). Asal mula kata “Polewali” ada
beberapa versi :
1.
Versi Pertama
mengatakan diambil dari kata Pole Lele
Wali yang berarti datang dari berbagai arah. Karena di Polewali memang
tempatnya berbagai orang dari berbagai daerah
mulai dari daerah bugis, Makassar, Mandar ( yang ada di Ba’bana Binanga
dan Bandar dari Bitu Ulunna Salu)., Jawa, Papua, Kalimantan, Madura dan masih
banyak lagi.
2.
Versi kedua
ini dari saya bahwa tidak ada perubahan berarti dalam penamaannya. Dan
sekaligus membantah versi pertama dan kedua. Polewali yang berarti “Wali datang” ini dikuatkan dengan titik NOL
polewali berada pada daerang didepan SDN 001 Polewali, bila kita melihat ke
arah selatan maka akan pas berada pada Pelabuhan Polewali, diyakini sebagai
tempat pertama kali Syekh Abdurrahim Kamaruddin atau lebih dikenal dengan Tosalama’ Dzi Binuang
menginjakkan kaki di wilayah kerajaan Binuang.
To Salama' dzi Binuang Mandar |
Versi Pertama terbantahkan karena menurut beberapa orang
bahwa dalam Seminar tentang penamaan nama kabupaten saat itu yang diyakini
adalah Pole lele wali dan tidak ada
yang protes tentang asal-usulnya. Itu karena mereka tidak tahu tentang asal
penamaannya, hingga mengikut saja pada penamaan tersebut, dan mereka tidak
pernah meneliti tantang penamaan ini. Pendapat saya ini dikuatkan dengan bahwa
orang-orang “datang dari berbagai arah” ini nanti berdatangan jauh setelah
perang Bone VS Mandar , Kerajaan Binuang memberi suaka kepada orang-orang yang
ingin tinggal dalam lingkup kerajaan Binuang. Dan tentang memberi suaka atau
tempat tinggal tidak semudah membalikkan telapak tangan, asal masuk saja tanpa
pamit kepada yang berpunya, karena hal itu akan melanggar daerah teritorial
mereka dan bisa dianggap sebagai musuh yang ingin menyerang. Ditambah lagi
kedatangan Syekh Abdurrahman Kamaluddin Tosamama’ dzi Binuang rentang waktunya
jauh dari kedatangan orang-orang yang ingin berdomisili di wilayah kerajaan
Binuang. Penamaan daerah Polewali sama konteksnya dengan penamaan daerah
Anreapi, Kandeapi, Pajalele tidak dibuat sedemikian runyam untuk di tafsirkan,
karena penamaan suatu daerah biasanya berdasarkan suatu kejadian jadi untuk
mengingatkan tentang suatu kejadian.
Mengutip kata-kata Mark Twain “Yang bahaya bukanlah hal
baru yang kita tahu, namun hal lama yang kita percayai dan ternyata salah”.
Mursalin. S.Pd (Kaco Kendeq Tandiapa) |
- 100004089408809@face
book.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar